Kelanjutan
kisahku di goa bogor, semakin dalam memasuki goa aku semakin bertemu dengan
banyak rintangan. Mengambil beberapa gambar tentunya agak menakutkan bagiku,
karena didalam hanya ada penerangan senter aku pun harus memakai cahaya kamera hanphoneku.
Ketika akan mengambil gambar tentunya kameraku gelap tidak terlihat apapun,
setelah menekan tombol kamera barulah akan terlihat karena cahaya baru akan
keluar bersamaan dengan pengambilan gambar. Aku selalu takut jikalau saat
gambar diambil, tiba-tiba saja ada penampakan muncul tepat didepan kamera,
bisa-bisa handphoneku terbanting. Tapi sejauh ini kejadian itu belum terjadi.
Sekarang aku berada dipaling belakang, ku lihat timku sedang jongkok untuk
melewati lubang didalam goa. Kakiku sudah tidak tahu seperti apa bentuknya,
penuh lumpur dan juga kotoran kelelawar. Sambil menunggu timku melewati lubang
tersebut yang memang agak lama, aku menyenter kebagian sekelilingku. Kulihat
ada sebuah batu yang menarik pandanganku, tapi batu itu dengan perlahan
menampakan wajah yang menyeramkan. Dengan mata besar yang bercahaya kekuningan,
mungkin itu jelmaan dari sang penunggu goa.
Berada paling belakang lama
kelamaan membuatku semakin merinding, seperti ada seseorang yang berdiri
dibelakang. Aku pun berbicara dalam hati untuk jangan pernah menegok
kebelakang. Genangan air terus membasahi kakiku, didalam air tersebut terlihat
ikan-ikan kecil sampai ikan lele yang besar ada didalamnya. Meski dalam suasana
menakutkan didalam goa ini sangat indah, langit-langit yang luas dan besar
membuat keindahan goa ini. Ku senter bagian lubang-lubang besar dan tidak
sengaja lagi-lagi ada makluk yang sedang jongkok seperti kera diatas lubang
tersebut melihat ke arahku seperti ingin menerkam. Aku berjalan cepat karena
takut sekali, dan mendahului timku dengan maksud aku tidak ingin paling
belakang lagi. Tubuhku mulai tidak seimbang sehingga berkali-kali aku hampir
terjatuh sehingga sang pemandu yang terus menolongku agar kejadian itu tidak
terjadi. Lagi-lagi kami harus mengolong untuk masuk lebih dalam, kali ini
lubangnya lebih rendah sehingga sudah jongkok dan menunduk tetap saja sulit
masuk. Untungnya pemandu kami sangat ramah dan baik ia membawakan tasku agar
aku lebih gampang untuk melewatinya. Pemandu kami bernama pak kusni, ia
merupakan warga disekitar goa tersebut dan juga merupakan juru kunci di goa
gundawang bogor ini. Kini kami semua berhenti di tengah-tengah perjalanan,
untuk melihat betapa indahnya goa ini yang terdapat sebuah batu putih dengan
kelip-kelip cahaya seperti berlian. Telingaku sejak tadi tidak berhenti
mendengar banyaknya suara didalam goa itu, membuat aku semakin ketakutan. Kini
aku berada dipaling belakang lagi, aku mengerti jika timku tidak ingin berada
dipaling belakang. Mungkin baginya aku lebih pemberani karena mampu melihat
mereka para makluk halus, tapi sebenarnya aku masih keturunan penakut. Kini aku
harus menunggu lagi, menunggu giliranku melewati celah kecil goa ini, berdiri
dipaling belakang dengan batas bebatuan tinggi. Rasanya seperti aku sedang
sendirian didalam goa ini, karena aku hanya mampu melihat timku lewat celah
kecil yang sedang mereka lalui. Kenekatanku yang selalu menyenter sekelilingku
kini menjadi masalah bagiku, senterku hanya mampu menyenter bagian belakang
yang tidak jauh dariku. Sementer kebelakang lagi masih tampak gelap, namun aku sangat
yakin ada perempuan tinggi besar didalam kegelapan itu sedang melihat ke
arahku. Ia berdiri tepat sejajar dengan tempat aku berdiri sekarang, aku
menelan ludah melihatnya. Lagi-lagi ia seperti akan menerkamku, aku takut!! Aku
hanya berdiri diam bagai patung dengan tangan masih menyenter kearahnya. Aku
takut jika ia mendekat dan memperlihatkan wajahnya. Aku hanya terus memohon
agar temanku lebih cepat melewati celah itu, aku mohon aku semakin takut.
Hingga rasanya semua badanku sudah dingin, bagaimana ini dia terus berdiri
melihatku. Kudengar pemandu dan timku sudah mulai memanggilku, untungnya aku
dengan cepat melewati celah itu dan sedikit merasa tenang. Aku mempercepat
jalanku agar sejajar dengan timku, aku benar-benar merasa ketakutan. Kami pun
berhenti lagi disebuah batu yang membentuk seperti ornamen cantik, aku tak lupa
untuk mengambil gambarnya. Tetapi sepertinya penjaga goa itu sudah tidak
mengijinkanku untuk mengambil gambar, karena 4x aku mengambil gambar dengan
tempat yang sama hasilnya selalu blur. Aku mengerti jika ia merasa tergantung
karena kameraku, aku pun meminta ijin dalam hati, dan foto kelima berhasil aku
ambil dengan gambar jelas. Kami melanjutkan perjalanan, kini aku seperti berada
didalam penjara yang banyak penghuninya. Disamping kanan kiriku terdapat banyak
makluk halus, bentuknya seperti setengah hewan yang tidak ku kenal hewan apakah
itu. ada yang terbang dengan cahaya terang, melintasi langit-langit goa, ada
yang hanya duduk dengan kaki mengantung berambut putih tampak seperti seorang
perempuan. Ada yang mengintip kami dengan kulit kebiru-biruan, serta matanya
yang lembab seperti busuk. Beberapa kali aku mengambil gambar ditempat mereka
berada, mungkin saja keberadaan mereka ingin diketahui banyak orang. Energi
ditempat ini semakin kuat, penjaga yang ku bawa saja kalah dengan mereka.
Ketakutan didalam diriku semakin menggila, suara-suara yang terdengar oleh
telingaku tidak mau berhenti. Kabar buruknya sudah sangat panjang kami berjalan
di dalam goa, ternyata ada yang tidak bisa kami lewati. Karena kami tidak
membawa baju, ditambah kami membawa tas dan perlengkapan lainnya. Sementara
jalan yang harus kami lewati adalah jalan yang tergenang air setinggi dada,
kami pun memilih stop dan lebih memilih kembali keluar. Mengingat jalan tadi,
rasanya mau gila jika harus balik lagi dengan jalan yang sangat panjang dan
menyeramkan. Sampai diujung jalan yang tidak bisa kami lalui, ada sebuah aula
didalam goa itu. Tempatnya harus naik ke atas, seperti ruangan besar yang
sangat luas hingga mendapat sebutan aula. Timku sudah kewalahan oleh rasa takut
dan lelah, maka aku pun yang harus naik sendiri demi mengambil gambar sekaligus
melihat-lihat. Didalam aula itu terdapat sebuah patung yang mirip dewa,
ditambah sekelilingnya terdapat banyak hantu yang wujudnya agak seram. Mereka
berbentuk cahaya kilatan, dan juga berbentuk siluman dengan wajah yang abstrak.
Matanya terlihat kosong seperti debu namun bercahaya, memegang tongkat seperti
tongkat ular. Sekitar 5 menit aku pun turun dan menemui timku, mereka kelihatan
ketakutan karena ditinggal sendirian dibawah tanpa pemandu. Kami kembali
berjalan untuk menemukan arah keluar yang masih sangat panjang, beberapa kali kami
dibuat bingung oleh penunggu disana. Pikiran kami seperti dikendalikan ke arah
yang berbeda dari pemandu kami, sehingga beberapa kali kami hampir salah jalan.
Kini aku harus pasrah jika berada paling belakang lagi, menunggu timku melewati
lubang tadi. Bagian ini yang paling ku takutkan, aku sendirian di balik celah
kecil. Memang terasa seperti sendirian didalam goa ini, aku hanya berdiri
melihat timku melewati celah itu, hingga terasa seseorang berlari kencang
mendekatiku. Aku sangat sadar tidak ada orang lain dibelakangku selain aku,
tetapi suara genangan air yang diinjak-injak terdengar sangat jelas. Jantungku sudah
terasa akan mau pecah karena berdetak sangat kencang, energinya mendorongku
sangat kuat. Aku tak berani menoleh sedikit pun, suara itu semakin kencang
mendekatiku, aku takut. Sungguh bagian ini yang sangat menakutkan, merinding
bahkan aku tidak sanggup menggerakan kakiku. Mulutku terus mengucap doa agar
aku terbebas dari moment menakutkan ini, suara itu pun berhenti padahal tadi
suara itu sangat kencang seperti sudah sangat dekat denganku. Ada suara yang
memanggilku, namun aku tahu itu jebakan! Maka dari itu aku tak akan menengok
sedikitpun. Moment menakutkan itu pun berakhir, giliranku melewati celah itu.
Perjalanan kami ikut berakhir setelah melihat cahaya terang yang berasal dari
mulut goa. Ketika kami sudah berjalan keluar, aku menanyakan soal misteri di
dalam goa tersebut kepada pak kusni. Sengaja baru kutanyakan saat keluar agar
kami tidak takut saat masuk ke dalam, jawaban mengejutkan pun kami dapat. Ternyata
pernah ada 2 orang laki-laki meninggal didalam karena air bah, wah mendengar
ceritanya aku dan tim jadi agak merinding ya. Mungkin sebagian makluk yang aku
lihat, salah satunya adalah mereka yang meninggal dan pasti rohnya terjebak
didalam. Saat keluar perasaanku ingin melihat disekitar kaki, memastikan tidak
ada yang terluka karena bebatuan didalam goa. Tetapi ada hitam-hitam yang
menempel pada kakiku, pikiranku sudah menduga itu adalah lintah. Tapi pak kusni
membatah kalau itu hanya kotoran, pak kusni mencoba membersihkannya namun
ternyata benar itu adalah lintah karena susah dilepaskan. Akhirnya lintah itu
berhasil dilepaskan, dengan darah mengucur dikakiku. Setelah kami keluar dari
pembelian karcis goa itu, bukannya kami merasa lebih segar malah sebaliknya
kami dibuat semakin merinding. Mungkin karena kondisi kami sangat lemah saat
itu, mereka mendekati dengan maksud akan merasuki. Untungnya penjagaku siap
siaga melindung kami dengan posisi 3 didepan, 2 dibelakang, dan 2 lagi dikiri
dan kanan. Masih sempat-sempatnya aku mengengokan kepalaku kebelakang, terlihat
makluk itu berdiri di sekitar tempat pembelian karcis. Matanya melihat kearah
kami, tetapi sepertinya ia tidak bisa meninggalkan tempat itu. Aku baru merasa
enakan ketika sudah naik mobil dan pergi dari tempat itu. Tiba-tiba saja hujan
gede membasahi jalanan, aku teringat dengan cerita pak kusni. Untung saja kami
sudah keluar dari goa saat hujan besar itu, jika tidak mungkin kami akan
terjebak seperti 2 orang laki-laki itu yang meninggal di dalam goa. Sungguh aku
merasa yakin perjalanan ini sudah diatur oleh Tuhan, karena cella dan tim terus
dilindungi Tuhan dan dijauhkan dari segala macam bencana dan makluk-makluk
jahat. Perjalanan ini dilakukan juga karena banyaknya permintaan orang-orang,
setelah melakukan perjalanan penelitian pertama di kota tua dan berhasil
mendapati banyak foto penampakan. Mereka yang membaca ceritaku dikota tua pun
ingin membaca kisahku selanjutnya dan melihat foto penampakan apa lagi yang aku
dapatkan. Setelah melakukan perjalanan ini cella dan tim sempat sakit
berhari-hari dan baru dapat menulis cerita ini sekarang. Sekian perjalanan yang
hampir menelan nyawa ini.. So, jangan lupa di follow untuk dapetin info tentang
ceritaku selanjutnya..
beberapa foto penampakan yang berhasil aku dapatkan..
dan yang bawah adalah perbedaan foto yang sama namun tidak ada sosoknya..
Didalam lubang bebatuan disamping ada sosok yang seperti pocong, coba dizoom.. hihihi..
cahaya misterius yang masih belum diketahui sumbernya, apakah dari senter tapi rasanya tidak mungkin.. karena tidak ada cahaya putih berdiri didepanya..
yang terakhir adalah sosok jelmaan, sebuah tongkat yang jika kalian zoom akan sangat jelas nampak seperti wajah..
untuk foto yang kurang jelas, mohon dimaklumi karena sama sekali tidak ada pencahayaan didalam, saya sudah sangat berusaha mengambil fotonya.. tetapi jika dizoom akan sangat jelas..
Luar biasa ceritanya, thanks you, goodluck.
ReplyDeletethankyou juga udah mampir ^^
DeleteLuar biasa ceritanya, thanks you, goodluck.
ReplyDeleteInformasi yg bagus mba.. Sya jadi mikir2 tadinya mau kesana berdua dgn kaka perempuan saya :/
ReplyDeletebareng-bareng aja masih serem, gimana kalau berdua ^^ hihii
DeleteWah saya juga punya cerita wkt ke goa gudawang.. Saya udh 2x k sana..
ReplyDeleteKunjungan pertama, wkt ospek karna saya pesantren di daerah sana.. setelah dr goa simasigit, banyak temen saya yg kesurupan
Kunjungan kedua, tahun 2016 2 sahabat saya ngajak k sana kebetulan saya tau wilayahnya.. 2sahabat saya pertamanya ngajak ke goa simasigit, tp saya menolak karna msh ingat kesurupan wkt kunjungan pertama dan auranya ga enak bgt.. dan akhirnya pertama kita ke goa sipahang.. Wkt mau pulang, kita ngeliat ada kodok, kata pemandu sm pengunjung lain, kodoknya jangan disenter, jangan diliat dr dekat.. tp karena saya 1 sahabat saya penasaran, disenterlah kodoknya, wujud kodoknya aneh! Kaya ada jengger di kepalanya, matanya jg aneh, terus natapnya tajam kaya bkn kodok.. untung langsung ketauan sm pemandu, jd ga lama ngeliat kodok anehnya.. Karena sahabat saya 1 lagi punya kelebihan, dia ga berani ngeliat kodoknya dan katanya kaya ada suara macan ngaum+dia lebih diam wkt di aula padahal sblmnya dia berisik
Yang pojong jelas banget cella...haha
ReplyDelete