Skip to main content

Misteri Lubang Buaya Cipayung (Part 2)

Lokasi kedua adalah sebuah rumah yang digunakan sebagai pos komando bagi pasukan G.30 S/PKI yang bertugas menculik para pahlawan revolusi. Seperti biasa aku masuk lebih dulu dengan merekam beberapa ruangan, ada sebuah ruang tamu yang berisi kursi-kursi, sebuah kamar dengan ranjang besi yang cukup menyeramkan, ada sebuah lemari tua dengan cermin, dan juga rumah itu masih memakai lampu minyak yang digantung di atas untuk menerangi rumah tersebut. 



Di dekat lemari tua dengan cermin ada sosok yang berlari ke arah luar sesaat ketika kami masuk untuk merekam, didalam kamar ada sebuah jendela yang terlihat sosok mengintip seperti bayangan hitam. Sejauh ini aku belum menemukan sosok yang terlihat jelas, karena mereka seperti menghindari kami. Selesai melihat pos komando tersebut, kami pergi ke sebuah monumen yang terdiri dari 7 pahlawan untuk melakukan foto dan membuat video. Didekat monumen sudah terlihat jelas satu tempat yang ramai di kerumuni orang-orang, sudah pasti itu lubang buayanya. Namun kami sudah 2 kali melewati lubang tersebut, karena aku belum ingin melihatnya. Selesai berfoto dan membuat video sekitar 5 menit, barulah kami menuju lubang buaya yang sudah banyak di lihat orang-orang. karena ada masalah dengan kamera, aku dan 1 timku menunda dulu untuk melihat lubang tersebut, sehingga timku yang lain lah yang melihatnya lebih dulu. Ketika sibuk mensetting kamera, ada suara-suara yang menarikku untuk segera melihat lubang tersebut, berkali-kali aku dibuat tidak fokus untuk mensetting kamera bersama 1 timku. Akhirnya aku tinggalkan 1 timku dan pergi menuju lubang tersebut, ketika pertama kali melihatnya rasa merinding sudah hadir melilit tubuh ini. Lubang buaya yang cukup besar, dipinggirannya terdapat tanah yang membuat suasana semakin terlihat asli, lalu ditambah lampu berwarna merah yang dipasang didalam lubang. 

Karena batas kami melihat terlalu jauh sehingga aku tidak bisa melihat ke dalam lubang tersebut, aku pun menyambungkan tongsis dengan hpku lalu menariknya dengan panjang agar mampu mencapai lubang tersebut. Dengan modal nekat dan bertaruh hp, aku berani mengambil risiko hanya untuk merekam agar dapat terlihat dengan jelas isi didalam lubang tersebut. Karena rasa penasaran yang sangat dalam, aku pun mencoba melihat kedalam tanpa kamera, dengan sedikit duduk menaiki keramik batas dan terlihat didalam lubang tersebut ada kawat pembatas, entah untuk menopang lampu atau memang diberi kawat-kawat seperti itu. Didalam kawat terlihat ada mata besar mengintip, yang membuat ku jera untuk mengintip lagi, suara orang berbicara juga terdengar dari sekitar lubang tersebut. Aku sempat melihat ke atas lubang yang terdapat cermin bundar untuk melihat isi didalam lubang tersebut, namun ketika aku melihatnya, terlihat sangat samar. Mungkin karena cermin tersebut jarang dibersihkan sehingga terlihat samar-samar. Yang membuatku bingung, setiap aku datang untuk melihat apapun, orang-orang disekitar kami pergi meninggalkan kami, padahal jelas tadi sangat ramai disekitar lubang buaya. Lalu dirumah yang berisi patung tadi, juga menjadi tidak ada orang setelah aku dan tim datang.

Sebelum meninggalkan lubang tersebut aku juga menyebutkan beberapa kata untuk sekedar mendoakan para korban yang menjadi kekejaman PKI, terutama yang disiksa dan dimasukan ke dalam lubang buaya tersebut, agar mereka diterima disisi Tuhan, agar pengorbanan mereka tidak sia-sia. Barulah kami pergi melewati rumah yang menjadi pos komando tadi, melewati jendelanya terlihat jelas wanita dengan kain putih melewati jendela tersebut karena baju putihnya masih terlihat sedikit ketika hantu tersebut lewat. Sempat membuatku terkejut hingga langkah kakiku terlihat agak kaku, kami pun melanjutkan perjalanan menuju rumah yang dijadikan sebagai dapur. Tim ku yang merekam video tersebut seharusnya menjadi paling depan agar kami tidak menutupi jalan, namun karena ia sendiri takut untuk masuk, terpaksa aku yang harus masuk duluan lagi. Dari luar rumah untuk melihat kedalam cukup gelap, ada  sebuah ruangan dimana seorang wanita sedang duduk diatas ranjang dan mengintip kami. Dengan frontal aku berkata ada yang sedang duduk, tim kami yang sudah masuk setengah pun mundur keluar. Lalu aku lah yang memandu dengan sedikit keberanian, karena aku juga masih memiliki ketakutan. Ruangan demi ruangan kami masuki dengan langkah kaki yang sangat perlahan, terutama dibagian ruangan paling pojok yang hanya tersinar sedikit cahaya. Rasa merinding tentu menghantui kita semua, karena sudah terasa banyak sosok yang memperhatikan kami, perasaanku semakin tidak enak setelah aku memperkenalkan diri dilubang buaya tadi. Mungkin saja karena perkataan ku tadi, mereka ingin menunjukkan diri mereka, sehingga mereka lebih mulai sering terlihat dari pada sebelumnya. Dapur tersebut menjadi tujuan akhir dari lokasi pertama yang kita masuki, kami bergegas keluar untuk memasuki museum penghianatan yang sejak tadi menggoda kami untuk masuk. 

Gedung yang terlihat besar, dan nama yang menarik tentu membuat kami tidak sabar untuk mengetahui isi di dalam gedung tersebut. Ketika masuk kami disambut dengan sebuah gambar besar tentang kekejaman PKI, gambar tentang pengangkatan jenajah yang sungguh memilukan hati. Mayat-mayat tersebut sudah menjadi besar dan membengkak, kepalanya pun sudah bengkok seperti akan patah. Itu karena saat mereka dilempar ke dalam lubang, yang terlebih dahulu adalah kepalanya, wajar jika banyak kepala yang terlihat agak patah. Ruangan didalam museum terbilang bersih dan nyaman, jaraknya pun berjauh-jauhan sehingga terlihat sangat luas. Untuk pertama kali kami masuk, suasananya tidak menyeramkan. 



Setelah kami sudah sampai di pertengahan museum, aku mulai merasakan sesuatu yang membuatku semakin merasa tidak enak badan. Aku merasakan pusing, mual, serta mulai tidak bisa berkonstrasi. Yang ku inginkan hanya berharap rute museum cepat menunjukkan pintu keluar, padahal museumnya tidak terlihat seram sama sekali. Timku ada yang membaca satu per satu penjelasan mengenai patung-patung replika, yang dipajang didalam kaca-kaca untuk menggambarkan kejadiaan pada masa itu. Aku yang seharusnya berperan penuh dalam penelitian ini, malah sama sekali tidak terlalu memperhatikan kejadian-kejadian dimasa itu. Aku hanya melihat patung-patung itu sebentar, lalu meneruskan perjalanan. Ya aku terlihat seperti orang gelisah, karena banyak sekali suara yang menggangguku, bahkan untuk membaca saja aku tidak bisa berkonsentrasi. Suara yang ku dengar adalah suara rintihan, orang-orang berbicara, dan suara aneh yang terdengar seperti suara benda terseret. Aku terlalu takut melihat patung-patung tersebut, setiap kali aku melihatnya, aku selalu terbawa suasana. Makluk-makluk yang menyapaku terlihat menakutkan, ada beberapa yang terlihat wajahnya berdarah. Aku sangat ketakutan, bahkan aku kesulitan menyembunyikan ketakutanku itu didepan timku. Yang sangat membuatku ketakutan adalah terdengarnya langkah kaki yang sangat keras, langkah kaki yang bukan berasal dari 1 orang tetapi banyak. Rasa dihantui yang terasa begitu menakutkan, langkah kaki dan suara-suara membuat suasana semakin menjadi-jadi. Kami terus melanjutan perjalanan sampai tiba di patung yang menggambarkan 7 pahlawan yang tiba-tiba di tangkap oleh orang-orang PKI, ketika mereka masih tidur pada pukul dini hari. Ada sebuah pintu yang berada di dalam kaca, pintu yang menggambarkan pintu kamar dari ruangan salah satu pahlawan tersebut. Disitu aku menatapnya dengan agak lama, memperhatikan ada sesuatu dibalik pintu tersebut. Ketika aku mendekatkan wajahku kekaca untuk memperjelas penglihatanku, tiba-tiba apa yang ku llihat dibalik pintu itu bergerak ke sebelah kanan. Aku tersontak kaget, tubuhku merespon dengan loncatan kebelakang. Lalu timku bertanya mengapa aku begitu, dengan berani aku katakan tidak ada apa-apa, hanya menggerakan tubuh saja. Tetapi ada 1 timku yang memang sedang duduk beristirahat, ternyata ia memperhatikan sejak tadi. Dia pun bertanya mengapa aku begitu terkejut, mau tidak mau aku menjelaskan tentang apa yang aku lihat barusan. Kami duduk sebentar di tangga-tangga dan mengambil beberapa foto, lalu aku bertanya pada timku, apa kalian juga menyium bau? Seperti bau darah. Dan mereka semua mengatakan hal yang sama seperti apa yang aku rasakan. Bau darah yang ku cium, bukan bau darah biasa. Aku tahu percis bau darah ini berasal dari mayat-mayat, karena aku pernah menciumnya dirumah sakit, tepatnya di sekitar kamar mayat. Setelah kami menceritakan bau tersebut, tiba-tiba ada bau melati disertai bau darah yang begitu saja muncul ketika kami masih duduk ditangga. Dengan cepat kami melanjutkan langkah kaki kami, untuk segera menyelesaikan penelitian ini. Sepanjang jalan aku mendengar tangisan, bahkan ada yang berkata “tolong” terdengar samar namun jelas perkataannya. Aku benci dengan suasana seperti ini yang membuatku bingung, dan terlihat seperti orang bodoh.









Masih berlanjut ke part 3 yah, thankyou untuk kalian semua yang setia membaca ceritaku. Karena beberapa dari kalian banyak yang penasaran tentang diriku, kalian bisa cari tau di Instagram official (cellagolden) ^^

Comments

Popular posts from this blog

Mimpi menurut anak indigo

Banyak yang mengatakan, mimpi adalah bunga tidur. Terkadang kita merasa bingung mengartikan sebuah mimpi. Apakah mimpi hanya bunga tidur, atau memiliki arti tersendiri? Mari kita bahas lebih dalam mengenai mimpi menurut anak indigo. Mimpi bagi seorang anak indigo, tentunya memiliki banyak arti tersendiri. Menjadi seorang anak indigo, memang lebih memudahkan kita untuk menerka apakah sebuah mimpi memiliki arti, atau hanya mimpi biasa saja. Dalam mengetahui sebuah mimpi yang mempunyai arti, biasanya diperlukan intuisi yang kuat. Apa itu intuisi, sudah pernah kita bahas di pembahasan sebelumnya mengenai indera keenam. Seorang anak indigo, memiliki kepekaan yang lebih dari pada seorang manusia biasa. Untuk itu anak indigo akan lebih mudah memahami maksud dari sebuah mimpi. Mimpi yang tidak memiliki arti Biasanya mimpi yang tidak memiliki arti ini, terjadi ketika kita merasa terpikirkan oleh sesuatu. Misalnya kita merindukan seseorang, sehingga kita bermimpi bertemu dengannya. ...

Cara Berkomunikasi Dengan Roh Penjaga Kita

Kalo kemarin saya membahas macam-macam Roh Penjaga. Kali ini saya akan membahas Cara berkomunikasi dengan Roh Penjaga kita... Pertama yang harus kita lakukan adalah memasuki suasana meditasi, seperti akan melakukan astral projection, Lalu bayangkan anda mengunjungi tempat kesukaan anda contoh seperti : pegunungan, pantai, persawahan, rumah sendiri, atau tempat lainnya. anda harus yakin dan berkonsetrasi dengan apa yang ingin anda lakukan. jangan terburu-buru, anda harus tetap tenang dan santai, tarik nafas dengan panjang akan membuat anda tenang. akan lebih bagus jika anda melakukan meditasi pada waktu yang sama setiap hari. Selanjutnya, setelah anda berada di tempat kesukaan anda, mulailah berkomunikasi dengan Roh penjaga anda. Ucapkan salam kepada Roh Penjaga anda dan ucapkan terima kasih karena telah membimbing anda dan buka diri anda untuk menerima pesan-pesan yang akan mereka berikan kepada anda. Ini akan membuat anda terkejut karena anda akan bisa melihat Roh Penjaga an...

Misteri Kota Tua (Museum Bank Indonesia) Part 4

Part 4 sudah sampai ditujuan terakhir yakni museum Bank Indonesia.. setelah selesai beristirahat, kami pun melanjutkan perjalan menuju museum Bank Indonesia, tempatnya tidak jauh dari kawasan Kota Tua. sesampainya disana tas kami harus dititipkan di petugas Museum, lalu seusai menitip tas kami masuk menuju pembelian tiket. ternyata tiket tersebut gratis tidak dikenakan biaya. karena sudah merasa lelah kami hanya melihat-lihat saja, namun rasa lelah kami tertutupi oleh kerennya museum bank indonesia. desain sangat modern, sehingga tidak membosankan. karya-karya juga membuat kami terpukau, hiasan-hiasan yang unik juga menarik perhatian kami. terdapat patung-patung yang menggambarkan orang-orang belanda sedang menghintung uang. Di dalamnya juga terdapat baju-baju negara indonesia dan negara lain yang di simpan dibawah lantai kaca, sungguh indah melihatnya. lalu kami masuk ke dalam ruangan yang banyak televisi membahas sejarah. karena terpukau saya hampir lupa dengan ada...